Makalah BIK Karakteristik Khusus Bahasa Indonesia Keilmuan
1.1 Karakteristik Khusus Bahasa Indonesia Keilmuan
Seperti halnya bahasa lain pada umumnya, bahasa Indonesia dalam penulisan karya tulis ilmiah juga mempunyai karakteristik. Karakteristik bahasa Indonesia dalam konsep ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu: karakteristik umum dan karakteristik khusus. Karakteristik khusus bahasa Indonesia keilmuan meliputi :
A. Bentukan Kata
1) Afiksasi atau imbuhan;
2) Reduplikasi atau pengulangan;
3) Pemajemukan atau penggabungan kata.
B. Diksi Keilmuan
C. Kalimat Keilmuan
D. Paragraf Keilmuan
E. Ciri Kewacanaan
A. Bentukan Kata
Dalam Bahasa Indonesia Keilmuan (BIK), bentukan kata yang digunakan adalah kata standar yang tunduk pada kaidah tata bahasa Indonesia yang berlaku dan sesuai dengan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan). Bentukan kata standar dapat memilih tiga bentuk, yakni bentukan dengan cara :
a) Afiksasi atau imbuhan;
b) Reduplikasi atau pengulangan;
c) Pemajemukan atau penggabungan kata.
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah ejaan bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi.
Perbedaan EYD dengan ejaan sebelumnya :
— 'tj' menjadi 'c' : tjutji → cuci
— 'dj' menjadi 'j' : djarak → jarak
— 'j' menjadi 'y' : sajang → sayang
— 'nj' menjadi 'ny' : njamuk → nyamuk
— 'sj' menjadi 'sy' : sjarat → syarat
— 'ch' menjadi 'kh' : achir → akhir
— awalan 'di-' dan kata depan 'di' dibedakan penulisannya.
contoh : “dibeli”, “dimakan” berbeda dengan "di rumah", "di sawah"
1) Afiksasi (imbuhan)
Afiksasi atau pengimbuhan adalah proses pembentukan kata dengan mengimbuhkan afiks (imbuhan) pada kata dasar, baik bentuk dasar tunggal maupun kompleks.
Macam-macam afiksasi (imbuhan) :
1. Prefiks (awalan) adalah imbuhan yang diletakkan di depan kata dasar atau kata kompleks.
Contoh :
Ber- : berjalan; berlari; bermain
Ter- : terjatuh; terpancing; terdiam
Me- : memancing; menulis; membaca
Di- : dibeli; dipukul; diterima
2. Sufiks (akhiran) adalah imbuhan yang digunakan di belakang kata dasar atau dilekatkan di akhir kata dasar.
Contoh :
-an : makanan; minuman; masakan
-kan : katakan; lemparkan; belikan
-man/-wan : seniman; karyawan; wisatawan
3. Infiks (sisipan) adalah kata yang diletakkan/disisipkan di tengah kata dasar.
Contoh :
-em- : gemetar
-el- : gelembung
-er- : gerigi
-in- : kinerja
4. Konfiks (awalan+akhiran) adalah gabungan antara prefiks dan sufiks yang diletakkan sekaligus di awal dan akhir kata.
Contoh :
Ber-an : berpakaian; bersalaman; berduaan
Ke-an : kegiatan; kerukunan; kekuasaan
Per-an : perjuangan; perguruan; persamaan
Se-nya : seandainya; seharusnya; seutuhnya
5. Gabungan Afiks adalah gabungan prefiks dan sufiks yang ditambahkan pada kata dasar tidak
Sekaligus
Contoh :
ber—an -berpakaian -pakai_pakaian berpakaian
member—kan -memberlakukan
laku_ berlaku_ berlakukan _memberlakukan
6. Simulfiks adalah dua imbuhan atau lebih yang ditambahkan pada kata dasar secara bertahap.
Contoh:
Memberkan yang melekat pada kata memberlakukan dan memberdayakan
member-kan yang melekat pada kata memberlakukan dan memberdayakan.
7. Superfiks atau suprafiks adalah sama halnya dengan bahasa dialek yang hanya di miliki oleh daerah tertentu.
Contoh :
suwe : wedi
wedi : lama
8. Interfiks adalah suatu jenis infiks yang muncul di antara dua unsur. Dalam bahasa indonesia interfiks terdapat pada kata-kata bentukan baru.
Contoh :
Indonesia-logi : indonesialogi
Jawa-logi : jawanologi
2) Reduplikasi atau pengulangan
Reduplikasi atau pengulangan adalah proses pengulangan kata atau unsur kata. Reduplikasi juga merupakan proses penurunan kata dengan perulangan utuh maupun sebagian.
Ada beberapa macam reduplikasi, sebagai berikut :
1. Kata ulang penuh, yaitu kata yang diperoleh dengan mengulang seluruh bentuk dasar :
a.Yang bentuk dasarnya sebuah morfem bebas, disebut dwilingga : ibu-ibu, buku-buku, murid-murid
b.Yang bentuk dasarnya kata berimbuhan : ujian-ujian, kunjungan-kunjungan, persoalan-persoalan
2. Dwipurwa, yang terjadi karena pengulangan suku pertama dari bentuk dasarnya : reranting, lelaki, leluhur, tetangga, kekasih, lelembut. Di antara dwipurwa ada yang mendapat akhiran, seperti kata ulang pepohonan, rerumputan, dan tetanaman.
3. Dwilingga salin suara adalah dwilingga yang mengalami perubahan bunyi. Contoh : Sayur- mayur, mondar-mandir, gerak-gerik, bolak-baliki,seluk-beluk, compang-camping, hingar-bingar, hiruk-pikuk, ramah-tamah, serba-serbi, serta-merta, dan lain-lain.
4. Kata ulang berimbuhan : Berjalan-jalan, anak-anakan, guruh-gem uruh, rias-merias,tulis menulis, berbalas-balasan, kekanak-kanakan, mengulur-ulur, meraba-raba, menjulur- julurkan, dan lain-lain.
5. Kata ulang semu : Bentuk ini sebenarnya merupakan kata dasar, jadi bukan hasil pengulangan atau redupikasi : laba-laba, ubur-ubur, undur-undur, kupu-kupu, dan empek-empek.Reduplikasi menyatakan arti antara lain sebagai berikut:
a. Jamak : Murid-murid berkumpul di halaman sekolah. Di perpusatakaan terdapat buku-buku pelajaran.
b. Intensitas kualitatif : Anto menggandeng tangan Anti erat-erat. Baju yang dijual di toko itu bagus-bagus.
c. Intensitas kuantitatif : Berjuta-juta penduduk Bosnia menderita akibat perang berkepanjangan. Kapal itu mengangkut beratus-ratus peti kemas.
d. Intensitas frekuentatif : Orang itu berjalan mondar-mandir. Pada akhir bulan ini ayah pergi-pergi saja. Berkali-kali anak itu dimarahi ibunya.
e. Melemahkan : Warna bajunya putih kehijau-hijauan. Wati tersenyum kemalu-maluan melihat calon mertuanya datang.
f. Bermacam-macam : Pepohonan menghiasi puncak bukit itu. lbu membeli buah- buahan. Sayur-mayur dijual di pasar itu.
g. Menyerupai : Tingkah laku orang itu kekanak-kanakan. Orang-orangan dipasang di tengah sawah. Adik bermain mobil-mobilan.
h. Resiproks (saling) : Mereka tolong-menolong menggarap ladang. Kedua anak itu berpukul-pukulan setelah cekcok mulut.
i. Dalam keadaan : Dimakannya singkong itu mentah-mentah. Pada zaman jahiliyah banyak orang dikubur hidup-hidup.
j. Walaupun-meskipun : Kecil-kecil, Mang Memet berani juga melawan perampok itu.
k. Perihal : Ibu-ibu PKK di Kampung Bugis menyelenggarakan kursus masak-memasak dan jahit-menjahit. Sekretatis di kantor kami bukan hanya menangani surat-menyurat, tetapi juga pembukuan dan daftar gaji pegawai.
l. Seenaknya, semaunya atau tidak serius : Saya melihat tiga orang remaja duduk duduk di hawah pohon Kerjanya hanya tidur-tiduran saja. Adik membaca-baca majalah di kamar.
m. Tindakan untuk bersenang-senang : Mereka makan-makan di restoran tadi malam.
3) Pemajemukan atau penggabungan kata
Kata majemuk ialah dua kata atau lebih yang menjadi satu dengan erat sekali dan menunjuk atau menimbulkan satu pengetian baru.
Contoh :
1. Mata sapi arti baru : telor ceplok (bahasa Jawa)
2. Matahari arti baru : bola gas raksasa yang terbit di sebelah timur dan tenggelam di sebelah barat.
3. Sapu tangan arti baru : selembar kain untuk lap muka.
Selasa, 29 Desember 2015
Home »
» Makalah BIK Karakteristik Khusus Bahasa Indonesia Keilmuan (Bahasa Indonesia)
0 komentar:
Posting Komentar